Kamis, 31 Mei 2012

SPEKTROFOTOKOPI UNTUK PENENTUAN KADAR PROTEIN


A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Protein merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan manusia. Protein memiliki fungsi yaitu untuk membangun sel tubuh baru dan mengganti sel lama yang telah rusak. Pengukuran kadar peotein suatu bahan sangat diperlukan karena kandungan protein yang dimiliki setiap bahan makanan berbeda-beda,
Pengukuran kadar protein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV – VIS. Pada dasarnya analisis kuantitatif/kualitatif dengan spektrofotometer berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromaknetik dengan elektro bahar. Karena memiliki fungsi sebagai gelombang sekaligus sebagai materi, radiasi elektromagnetik menjadi bermanfaat. Sebagai gelombang radiasi elektromagnetik mempunyai panjang gelombang tertentu yang membuatnya dapat member warna yang terlihat. Sebagai materi, gelombang elektromagnetik mempunyai energy yang dapat berinteraksi dengan partikel bahan.
Jika cahaya (radiasi elektromaknetik mengenai suatu bahan maka sebagian energinya akan diserap oleh molekul bahan sehingga elektro-elektronya menjadi teroksitasi ketingkat yang lebih tinggi. Besar perbedaan tingkat energy ground state dengan tingkat energy tereksitasi untuk setiap molekul tidak sama. Maka dari itu, panjang gelombang optimum yang dimiliki bahan yaitu panjang gelombang dimana energy yang dimiliki gelombang itu besarnya sama dengan yang dibutukan untuk mengeksitesi electron-elektron bahan. Jumlah energy yang diserap sebanding dengan jumlah materi bahan, sehingga spektrofotokopi dapat digunakan untuk uji yang bersifat kuantitatif.
2.      Tujuan Praktikum
Praktikum acara VII ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dengan bantuan spektrofotometer.
3.      Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara IV ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 01 Desember 2010 pada pukul 09.15 – 11.00 WIB di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B.     Tinjauan Puataka
Protein merupakan makromolekul  polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptide dan mempunyai bobot molekul 5000 sampai berjuta-juta. Satu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino tertentu dengan susunan tertentu pula dan bersifat turunan (Aisyah, 1998).
Protein pada setiap bahan kadarnya berbeda-beda. Pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan karena erat kaitannya dengan tingkat konsumsi manusia. Pengukuran kadar protein dengan menggunakan metode Lowry adalah dasar dari penggunaan spektrofotometer. Metode ini dapat mengukur kadar protein sampai dengan 5 mikrogam. Warna biru yang terjadi oleh pereaksi Ciocalteau disebabkan reaksi antara protein dan Cu dalam larutan alkalis dan terjasi reaksi garam fosfomoliddat oleh tirosin dan triptopan (Ahmad, 1997).
Konsentrasi protein diukur berdasarkan atas optical dencity pada panjang gelombang tertentu untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan. Protein dengan garam fosfotungstat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada konentrasi protein terteta (Arthur, 1996).
Kurva standart merupakan kurva alibrasi dari sederet larutan standart larutan-larutan itu. Larutan itu sebaiknya mempunyai komposisi cuplikan. Hasil tidak pernah didasarkan pada literature absortivitas molar. (Polling, 1996).
Analisa Kjeldahl dapat dipakai untuk menganalisis kadar protein dalam bahan makanan secara tidak langdung. Analisa ini dipakai untuk mengetahui kadar protein dengan menggunakan asam sulfat pekat dengan katalis selenium oksiklorida. Cara ini merupakan cara yang sederhana dan mudah dilakukan (Basari, 1997).

C.    Alat, Bahan dan Cara Kerja
1.      Alat
a.       Tabung Reaksi
b.      Rak Tabung reaksi
c.       Pipet
d.      Gelas Ukur
e.       Pengaduk
f.       Spektrofotometer
g.      Stopwatch
2.      Bahan
a.       Larutan standart BSA
b.      Susu
c.       Kedelai
d.      Reagen D
e.       Reagen E
f.       Akuades
3.      Cara Kerja
a.       Memasukkan 1 ml sampel (larutan BSA) dan 2 ml sampel kedelai ke dalam tabung reaksi yang berbeda sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan, tambahkan 1 ml reagen D dan gojog pada suhu ruangan dan diamkan selama 15 menit.
b.      Menambahkan reagen E dan gojog segera, dan biarkan selama 45 menit. Ukur absorbansinya pada 540 nm.
D.    Hasil dan Analisis Pengamatan
1.    Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengukuran absorbansi larutan BSA
x
y
0
x = konsentrasi BSA
y = absorbansi
0,000
0,2
0,105
0,4
0,199
0,6
0,204
0,8
0,288
1
0,365
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2 Pengukuran absorbansi sampel
Sampel
Absorbansi
Volume (ml)
Susu
0,131
5
Kedelai
0,161
5
Sumber : Laporan Sementara
2.    Analisis Hasil Pengamatan
a.       Pengukuran Absorbansi Larutan BSA
Keterangan :
X = konsentrasi BSA
Y = absorbansi
Diketahui :
y = a + bx
a = 0,023
b = 0,339
r = 0,982
Persamaan Garis Regresi
                   Misal y = 0

Missal x = 0
Jadi persamaan garis regresinya adalah (-0,068;0) dan (0;0,023)
b.      Analisis Absorbansi Sampel
a)      Sampel Susu
Mencari koordinat sampel susu
            Absorbansi = y
Mencari Kadar Protein Susu
Kadar Protein Susu     =
     =
     =
     =
     = 63%
b)      Sampel Kedelai
Mencari koordinat sampel kedelai
Mencari kadar protein kedelai
Kadar Protein Kedelai            =
=
=
=
= 69%
E.     Pembahasan dan Kesimpulan
1.      Pembahasan
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mrngukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Berfungsi untuk menentukan kadar protein pada suatu bahan atau sampel. Prinsip kerjannya yaitu reaksi antar radiasi elektromagnetik dengan partikel bahan.
Setelah sampel ditambah dengan reagen D lalu digojog dan didiamkan 15 menit dan ditambah dengan reagen E dan didiamkan lagi selama 45 menit, sampel akan mengalami perubahan warna menjadi biru. Hal tersebut disebabkan oleh reaksi antara protein dengan Cu2+ dalam larutan alkalis dan terjadi reduksi garam fosfotungstat fosfomolibdat oleh tirosin dan triptopan yang ada dalam protein.
Jika kita ingin mengetahui nilai absorbandi dari larutan BSA, maka larutan BSA tersebut dimasukkan dalam wadah yang bisa dilalui oleh gelombang elektromegnetik dalam spektrofotometer. Biasanya panjang gelombang yang digunakan adalah 540 nm.
Pada praktikum kali ini absorbansi susu sebesar 0,131 Å dan absorbansi kedele sebesar 0,161 Å pada volume yang sama yaitu 5 ml. Kadar protein susu lebih tinggi daripada kedele. Hal itu disebabkan karena susu sudah mengalami proses pencampuran dengan zat lain sedangkan kedelai masih murni dari alam.
Untuk menghitung protein dari sampel setiap 1 gr bahan dicari dengan rumus = (1/120) . 0,2 . 1000 sedang kadar protein dalam 1 gr bahan dihitung dengan rumus = (x . 200 . 5/100) . 100% dan diperoleh kadar protein sampel susu sebesar 63% dan kadar protein kedelai sebesa 69%.
2.      Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan:
a.       Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi nilai absorbansi BSA
b.      Pada volume yang sama, nilai absorbansi kedelai lebih besar daripada susu. Yaitu kedelai = 0,161 Å, sedangkan susu = 0,131 Å.
c.       Kadar protein susu lebih tinggi daripada kedelai, yaitu susu = 63% sedangkan kedele = 69%.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 1997, Kimia Dasar, Prinsip, dan Terapan Modern. Jakarta. Erlangga.
Aisyah, 1998. Kimia Untuk Universitas. Gramedia. Jakarta
Arthur, 1996. Kimia Anorganik. Erlangga. Jakarta.
Basari, 1997.  Kimia Dasar. PT. Gunung Muria. Kudus.
Polling, 1996. Panduan Prantikum. CV. Manggala Offset. Bandung.

SAKARIDA


A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Sakarida merupakan hasil alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Senyawa ini merupakan sumber kalori utama bagi manusia, seperti amilum, sukrosa, dan laktosa. Nama lain sakarida adalah karbohidat. Karbohidrat adalah senyawa karbon, hydrogen, dan oksigen. Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton. Karbohidrat paling seerhana adalah monosakarida diantaranya glukosa yang mempunyai rumus molekul C6H12O6.
Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia, hewan dan tumbuhan, disamping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Sebagian besar karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai poisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai penyusun. Struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat, akan tetapi dalambentuk apa karbohidrat tersebut saling bereaksi untuk itu kita melakukan praktikum ini.
2.      Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
a.       Mengetahui reaksi hidrolisis karbohidrat
b.      Mengetahui adanya gula pereduksi pada sampel
3.      Waktu dan Tempat Prkatikum
Praktikum acara VI ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 30 November 2010 pada pukul 07.30 – 09.15 WIB di Laboraturium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B.     Tinjauan Pustaka
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah sakarida (berasal dari bahasa latin Saccarum = gula). Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi keton yang mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH2O)n. Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida diantaranya glukosa yang mempunyai rumus molekul C6H12O6. Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan disamping lwmak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Sebagian besar karbohidrat yang ditemukan terdapat sebagai polisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai bentuk penyimpan bagi monosakarida. Sedangkan yang lain sebagai penyusun struktur di dalam sel dan jaringan pengikat (Anonim, 2000).
Pada tumbuhan karbihidrat disintesis dari CO2 dan H2O melalui proses fotosintesis dalam sel berklorofil dengan bantuan sinar matahari. Karbohidrat yang dihasilkan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang dan biji sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol, lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dalam sel tubuh disimpan dalam hati dan jaringan otot dalam bentuk glokogen. (Yazid a, 2006).
Karbohidrat atau sakarida adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau senyawa yang dihidrolidisis dan keduanya. Unsur utama penyusun karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan oksigen memiliki perbandingan 2:1 seperti molekul air misalnya glukosa 12:6, atau 2:1, sukrosa 22:11 atu 2:1, karena perbandingan tersebut orang dulunya menduga karbohidrat merupakan penggabungan dari karbon dan hidrat atau air sehingga molekul ini disebut karbohidrat. Walaupun penamaan ini tidak tepat tetapi dinamakan karbohidrat hingga sekarang (Toha, 2001).
Karbohidrat adalah suatusumber energi yang sangat penting bagi tubuh. Namun, kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi masyarakat sekarang adalah yang umumnya dominan gula dan tepung tetapi miskin zat-zat lainnya terutama vitamin, mineral, enzim dan serat. Karbohidrat olahan dapat menyebabkan kegemukan karena sebagian besar tidak bisa diserap sehingga menumpuk di dalam tubuh serta disimpan sebagai glikogen dan  lemak tubuh (Yazid b, 2006)
Struktur kimia karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen. Normalnya adalah 2:1 senyawa tersebut mengandung beberapa rantai gula atau sakarida yang masing-masing terbentuk dari tiga sampai tujuh atau karbon dengan atau hidrogen dan oksigen yang melekat padanya baik sendiri-sendiri atau bekelompok. Sumber utama karbohidrat dalam diet normal amanusia adalah sukrsa (gula tebu) dan laktosa (gula susu). Keduanya memiliki rumus kimia C12H22O11 dan zat tepung yang merupakan karbohidrat komplek yang dapat ditemukan dalam semua makanan terutama gandum dan makanan yang dibuat dari tumbuhan tersebut seperti roti, kue dan serat. Karbohidrat lain yang dimakan (dalam jumlah yang sangat terbatas) mencakup glikogen, pektin, dan dekstrin. Beberapa senyawa yang rasio H : O nya tidak sebesar 2:1 dan juga dimakan dalam jumlah yang terbatas olehalkohol asam laktat dan asam piruvat (Cree, 2005)
Sebaliknya karbohidrat alami atau yang tidak terlalu banyak diproses seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian alami (whole grains) tidak menyebabkan kegemukan karena kaya akan serat, vitamin, mineral, dan enzim. Serat menyebabkan perut cepat kenyang meskipun hanya dimakan sedikit, seratpun mengikat dan sekaligus membuang lemak dan kolesterol jahat disalurkan ke usus. Sebaliknya enzim, vitamin dan mineral sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat (Yazid c, 2006).
Detoksikasi adalah proses menghilangkan atau mengurangi sifat tosos senyawa metabolit terhadap tubuh, dan proses ini berlangsung terutama di hati. Namun tidak seluruhnya demikian, ada kalanya dihasilkan produk yang lebih toksis. Senyawa toksis ini selai berupa hasil metanolisme di jaringan-jaringan tubuh juga dapat berupa senyawa hasil pembusukan bakteri di kolon yang ikut terserap. Reaksi detoksikasi dapat berupa oksidasi, reduksi, konjugasi,  dan hidrolisis (Anonim, 2000).
Karbohidrat merupakan pusat metabolisme tanaman hijau dan organisme fotosintesis lain yang menggunakan energi matahari untuk melakukan pembentukan karbohidrat. Karbohidrat yang terdapat dalam bentuk pati dari gula berfungsi sebagai bagian utama energi yang dikonsumsi oleh kebanyakan organisme di muka bumi ini. Sebagai pati dan glikogen, karbohidrat berfungsi sebagai penyangga di dalam dinding sel bakteri dan tanaman serta pada jaringan pengikat da dinding sel organisme hewan. Karbohidratjenis lain berperan sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai perekat diantara sel, dan senyawa pemberi spesifitas pada permukaan sel hewan (Toha, 2001).

C.    Alat, Bahan dan Cara Kerja
1.      Alat
a.       15 tabung reaksi
b.      Label
c.       Rak tabung reaksi
d.      Pipet
e.       Gelas ukur
f.       Waterbath
g.      stopwatch
2.      Bahan
a.       Glukosa + air
b.      Sukrosa + air
c.       Sukrosa + HCl
d.      Laktosa + air
e.       Amilosa + air
f.       NaOH
g.      Iodine
h.      Na asetat
3.      Cara Kerja
a.       Menyediakan 15 tabung reaksi yang masing – masing ditandai dengan label. Membuatlah 15 macam larutan sebagai berikut dan tempatkan tabung – tabung tersebut pada rak.
Tabung
Larutan
1
0,5 ml glukosa dalam 10 ml air
2
0,5  ml sukrosaa dalam 10 ml air
3
0,5 ml sukrosa dalam 10 ml HCl 0,1 N
4
0,5 ml laktosa dalam 10 ml air
5
0,5 ml amilosa dalam 10 ml air
b.      Melakukan percobaan berikut dengan kelima jenis sampel tersebut di atas.

Perlakuan
a
1 ml sampel + 3 ml NaOH, panaskan sampai mendidih
b
1 ml sampel + 3 tetes larutan iodine, panaskan dalam waterbath
c
3 ml sampel + 2 ml larutan Na asetat, panaskan dalm waterbath selama 20 menit

D.    Hasil dan Analisis Pengamatan
1.      Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Perlakuan Sampel
Sampel
Perlakuan
Reaksi Pendamaran
1ml sampel + 3ml NaOH
Reaksi iodine
1ml sampel + 3 tetes larutan iodine
Reajsi Osazone
3ml sampel + 2ml Na asset
Glukosa + air
Awal : Putih bening
Proses : Kuning
Akhir : Orange kecoklatan
Bau : berbau menyengat
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C6H12O6 + H2O + NaOH
Awal : kuning
Proses : coklat
Akhir : kuning bening
Bau : tidak berbau
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C6H12O6 + H2O + I2
Awal : putih bening
Proses : putih bening
Akhir : putih bening
Bau : tidak berbau
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C6H12O6 + H2O + CH3COONa
Sukrosa + air
Awal : Putih bening
Proses : Putih bening
Akhir : Putih bening
Bau : berbau tidak menyengat
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C12H22O11 + H2O + NaOH
Awal : Kuning
Proses : Kuning
Akhir : Kuning bening
Bau : berbau tidak menyengat
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C12H22O11 + H2O + I2
Awal : Putih bening
Proses : Putih bening
Akhir : Putih bening
Bau : berbau menyengat
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C12H22O11 + H2O + CH3COONa
Sukrosa + HCl
Awal : Putih bening
Proses : Putih bening
Akhir  Putih bening
Bau : berbau tidak menyengat
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C12H22O11 + HCl + NaOH
Awal : Kuning
Proses : Kuning
Akhir : Kuning bening
Bau : berbau menyengat
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C12H22O11 + HCl + I2
Awal : Putih bening
Proses : Putih bening
Akhir : Putih bening
Bau : berbau menyengat
Endapan : Tidak ada
Reaksi : C12H22O11 + HCl + CH3COONa
Laktosa + air
Awal : Putih
Proses : Orange
Akhir : Orange kecoklatan
Bau : berbau menyengat
Endapan : Tidak ada
Awal : Kuning
Proses : Orange
Akhir : Orange
Bau : tidak berbau
Endapan : Tidak ada
Awal : Putih bening
Proses : putih bening
Akhir : putih bening
Bau :tidak  berbau
Endapan : Tidak ada
Amilosa + air
Awal : Putih bening
Proses : putih bening
Akhir : putih bening
Bau : berbau tidak menyengat
Endapan : Tidak ada
Awal : biru kehitaman
Proses : biru kehitaman
Akhir : biru kehitaman
Bau : tidak berbau
Endapan : Tidak ada
Awal : Putih keruh
Proses : Putih keruh
Akhir : Putih keruh
Bau : berbau tidak menyengat
Endapan : Tidak ada
Sumber : Laporan sementara
2.      Analisis Hasil Pengamatan
a.    Glukosa + air
1. Reaksi Pendamaran
C6H12O6 + NaOH à C6H11O6Na + H2O
2. Reaksi Iodine
C6H12O6 + I2 à (tidak terjadi reaksi)
3. Reaksi Asazon
C6H12O11 + C6H5NH NH2 à C6H8O4(C6H10(NH)2)
b.    Sukrosa + air
1.      Reaksi Pendamaran
C12H22O11 + NaOH à (tidak terjadi reaksi)
2.      Reaksi Iodine
C12H22O6 + I2 à (tidak terjadi reaksi)
3.      Reaksi Asazone
C12H22O11 + C6H5NH NH2 à (tidak terjadi reaksi)
c.    Sukrosa + HCl
1.      Reaksi Pendamaran
C6H12O12  + Na OH à C6H12O6Na + H2O
2.      Reaksi Iodine
C12H12O6 + I2 à (tidak terjadi reaksi)
3.      Reaksi Asazone
C12H12O11 + C6H5NH NH2 à C6H8O4(C6H10(NH)2)
d.   Laktosa + air
1.      Reaksi Pendamaran
C6H22O11 +NaOH à C12H22O11 +H2O
2.      Reaksi Iodine
C12H22O11 + I2 à (tidak terjadi reaksi)
3.      Reaksi Asazone
C12H22O11 + C6H5NH NH4 à C6H8O4(C6H10(NH)2

e.    Amilosa + air
1.      Reaksi Pendamaran
(C6H12O6)N + NaOH à (tidak tejadi reaksi)
2.      Reaksi Iodine
(C6H12O6)N + I2 à (tidak terjadi reaksi)
3.      Reaksi Asazon
(C6H12O6)N + C6H5NH NH4 à (tidak terjadi reaksi)
E.     Pembahasan dan Kesimpilan
1.      Pembahasan
Sakarida atau karbohidrat adalah polihidroksi aldehid dan polihidroksi keton, atau senyawa yang dihidrolisis dari keduannya. Unsure utama penyusun karbohidrat adalah karbon, hydrogen, dan oksigen. Selain definisi itu ada juga definisi lain mengenai karbohidrat yaitu senyawa karbon yang banyak dijumpai di alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan. Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida, diantarannya glukosa. Karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:
a.       Monosakarida : suatu karbohidrat paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohodrat lain. Monosakarida yang terpenting adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
b.      Oligosakarida : karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh satuan monosakarida. Oligosakarida yang umum adalah disakarida yang terdiri atas dua satuanmonosakarida dan dapat dihidrolisis menjadi monosakarida. Disakarida yang paling penting adalah sukrosa, maltose, dan laktosa.
c.       Polisakarida : karbohidrat yang tersusun lebihdari sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau bercabang. Contohnya adalah amilum, glikogen, sellulosa.
Pada praktikum ini dilakukan reaksi iodine yang pada dasarnya ingin membuktikan adanya polisakarida. Reaksi ini adalah larutan sampel ditambahkan dengan larutan iodine (I2). Hasil akhir dari praktikum ini didapat adanya perubahan warna kebanyakan berwarna kuning bening, walaupun ada yang warnanya orange dan biru kehitaman.
Reaksi pendamaran adalah reaksi yang dilakukan dengan cara larutan sampel ditambah dengan larutan alkali (NaOH)dan dipanaskan, dan akan menghasilkan peubahan warna.
Reaksi osazone adalah reaksi yang terdiri dari larutan sampel ditambah dengan fenil hidrazin (Na asetat) lalu dipanaskan.
2.      Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan:
a.       Sampel yang ditambah NaOH menghasilkan warna putih bening dan berbau tidak menyengat.
b.      Sampel yang ditambah dengan iodine menghasilkan warna kuning bening dan tidak berbau.
c.       Sampel yang ditambah dengan Na asetat menghasilkan warna putih bening dan berbau menyengat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000. Iktisar Biokimia Dasar A. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Anonim, 2000. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta
Cree, Lurie. 2005. Sains dalam Keperawatan. Buku Kedokteran. EGC: Jakarta
Toha, Abdul, Hamid, H. 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul Alfabeta. Bandung
Yazid, Eisten. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. CV. Andi Offset. Yogyakarta