I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan Indonesia yang krisis seperti saat ini sangat
mempengaruhi kondisi perekonomian negara. Disatu sisi kita dipusingkan, tapi di
sisi lain keadaan ini bisa menjadi peluang kita untuk membuka usaha baru
dibidang pertanian atau mengembangkan usaha pertanian yang sudah ada. Dengan
keadaan krisis seperti ini sektor pertanian akan sangat berkembang dengan
mengekspor komoditasnya.
Perkembangan sektor pertanian di Indonesia telah
menunjukkan peningkatan yang sangat pesat. Peningkatan pesat itu melalui
berbagai varietas unggul dan melonjaknya produksi peternakan dan perikanan
dapat mengatasi persoalan kelaparan yang disebabkan oleh krisis. Keadaan
ekonomi bangsa, keadaan kinerja ekspor dan penyerapan tenaga kerja dapat
dikembangkan dan diperbaiki dengan adanya pembangunan perkebunan dan
agroindustri.
Sebagai suatu paradigma berfikir baru, agribisnis pada
dasarnya menekankan pada cara pandang yang melepaskan diri dari sebuah
“tradisi” konvensional yang selama ini dianut, ketika membicarakan pertanian.
Pertanian tidak hanya dipandang sebagai suatu sistem kegiatan on-farm semata-mata,
akan tetapi mencakup berbagai subsistem dalam keseluruhan sistem, yang
disebut agribisnis.
Salah satu bagian dari agribisnis adalah terdapat suatu kegiatan yang
mentrans-formasikan bahan baku (primer) menjadi bahan jadi atau setengah jadi
yang melibatkan pertanian sebagai sumber daya alam. Usaha di bidang agribisnis
yang memerlukan konsep pemasaran produk tersebut sangat mempengaruhi
kelangsungan usaha produksinya untuk selanjutnya. Mengelola usahatani agribisnis baik skala besar maupun skala kecil memerlukan suatu
kecermatan, ketelitian dan ketangguhan. Hal ini disebabkan karena peluang dan
ketidakpastian. Dengan demikian, keduanya
harus dapat dikelola dengan baik agar usaha dapat berjalan dan berkembang dalam
tingkat persaingan yang sangat ketat.
Manajemen agribisnis adalah kegiatan di sektor pertanian yang
dilaksanakan secara bisnis dengan memakai prinsip - prinsip bermoral. Dalam
sektor pertanian kegiatan agribisnis di mulai dari penyediaan sarana produksi,
proses produksi, penanganan dan pemasaran sebagai produk tersebut ke konsumen.
Manajemen agribisnis memiliki suatu keunikan yaitu karakteristik agribnisnis
yang berbeda dengan bisnis atau sektor ekonomi yang lain, bukan dari teori
ekonomi dan teori pengambilan keputusan yang digunakan. Sehingga lebih tepat
jika disebut sebagai menejerial ekonomi. Manajemen dalam agribisnis mempunyai
sifat yang unik karena sifat produk pertanian yang sangat bergantung pada
musim, mudah rusak, dan produksinya melibatkan banyak petani yang berlahan
sempit dan bermodal sangat terbatas. Sebagian besar waktu yang dimiliki seorang
manajer (agribisnis) digunakan untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan
yang tepat merupakan inti keberhasilan agribisnis
Praktikum Manajemen Agribisnis ini kita akan
mempelajari bagaimana cara mengembangkan berbagai macam usaha di bidang
pertanian baik dalam skala kecil maupun skala besar. Yang dimaksud skala kecil adalah usahatani yang nyata di
lapangan dalam berbagai kondisi, baik yang menguntungkan maupun tidak
menguntungkan. Dengan
demikian mahasiwa diharapkan dapat lebih memahami aplikasi teori yang telah diberikan dalam
perkuliahan dengan melihat
praktik dan penerapan teori
manajemen agribisnis pada suatu
perusahaan.
Kelompok Tani Margo Mulyo adalah salah satu yang
berusaha ikut berperan dalam melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan
mengembangkan sayuran organik, sayuran semi organik, dan memanfaatkan kotoran
ternak sapi untuk dijadikan biogas. Dalam mengelola usaha, baik kecil atau besar
memerlukan kecermatan dan ketangguhan. Hal ini disebabkan antara peluang dan
ketidakpastian seperti sebuah mata uang logam, bedanya hanya tipis. Dengan
demikian, keduanya harus dapat dikelola agar usaha dapat berjalan dan berkembang
dalam tingkat persaingan yang semakin ketat.
Praktikum mata kuliah Manajemen Agribisnis ini
dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 26 Mei 2011 di Kelompok Tani Margo Mulyo. Praktikum ini dilaksanakan dengan
tujuan agar mahasiswa bisa secara langsung melihat bagaimana suatu manajemen
agribisnis dalam praktik nyata. Setelah melaksanakan praktikum ini praktikan
diharapkan dapat lebih mengenali tentang manajemen agribisnis dan dapat
mengelola manajemen agribisnis.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang perlu dibahas dalam praktikum
Manajemen Agribisnis adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana sejarah dan gambaran umum dari Kelompok Tani
Margo Mulyo?
2.
Apa visi, misi, budaya dari Kelompok Tani Margo Mulyo?
3.
Bagaimana produk dan pengembangan produknya?
4.
Strategi apa yang dilakukan untuk penetapan harga?
5.
Apakah ada persaingan dalam usahatani ini dan bagaimana
strategi untuk memenangkan persaingan tersebut?
6.
Bagaimana keadaan Sumberdaya Manusiannya?
7.
Bagaimana sistem pemasaran yang dilakukan oleh Kelompok
Tani Margo Mulyo?
8.
Kebijakan Pemerintah apa yang ada di dalam Kelompok
Tani Margo Mulyo dan apa dampak positif
dan negatifnya bagi kelompok tani?
9.
Berapa kompensasi yang diberikan bagi pekerja wanita
dan laki-laki?
10. Bagaimana
sistem permodalan dari Kelompok Tani Margo Mulyo ini?
11. Bagaimana
cara Kelompok Tani Margo Mulyo mendistribusikan produknya?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Mata Kuliah Manajemen Agribisnis ini adalah :
1.
Untuk mengetahui sejarah dan gambaran umum dari
Kelompok Tani Margo Mulyo.
2.
Mengetahui visi, misi dan budaya Kelompok Tani Margo
Mulyo.
3.
Mengetahui produk apa saja yang dihasilkan dan
bagaimana pengembangannya.
4.
Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan untuk
menetapkan harga.
5.
Mengetahui adakah persaingan dalam usahatani ini dan
strategi untuk memenangkannya.
6.
Mengetahui keadaan Sumberdaya Manusiannya.
7.
Mengetahui sistem pemasaran yang dilakukan oleh
Kelompok Tani Margo Mulyo.
8.
Mengetahui Kebijakan Pemerintah yang ada di dalam
Kelompok Tani Margo Mulyo dan dampak
positif dan negatifnya bagi kelompok tani.
9.
Mengetahui gaji dan kompensasi untuk para pekerja
wanita dan laki-laki.
10.
Mengetahui sistem permodalan dari Kelompok Tani Margo
Mulyo.
11.
Mengetahui cara Kelompok Tani Margo Mulyo
mendistribusikan produknya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Agribisnis
Agribisnis adalah
kegiatan di sektor pertanian dimulai dari penyedia sarana produksi, proses
produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran sehingga produk
tersebut sampai ke tangan konsumen. Manajemen agribisnis harus berjalan dengan
baik dan seimbang agar hasil yang didapat bisa secara optimal. Agribisnis
sangat penting bagi suatu usaha di bidang
pertanian (Mardisiswoyo, 1986).
Sektor agribisnis merupakan bidang usaha yang sejak
lama mempunyai peranan yang cukup besar bagi perekonomian negara. Berbagai
komoditas seperti sawit, teh, kopi, dan lain – lain. Sayang komuditas lain
seperti hortikultura belum mampu dikembangkan secara baik. Selain itu juga
masalah teknis karena terbatasnya sumber daya. Kelangkaan sumber pembiayaan
bagi sektor agribisnis seperti ini diakui oleh direktorat pembiayaan, Dirjen
Bina Sarana Pertanian. Bagi pengusaha di sektor agribisnis yang ingin meluaskan
usahanya, peluang untuk mendapatkan biaya masih terbuka lebar. Tidak hanya
terbatas pada lembaga keuangan dan perbankan saja, tetapi banyak pengusaha
agribisnis yang berhasil mengembangkan usahanya melalui perorangan atau para
calon pembeli produknya. Bahkan adapula yang berhasil menghimpun dana
masyarakat yang cukup besar (David, 1992).
Upaya
mewujudkan pembangunan pertanian (agribisnis) masa mendatang adalah sejauh
mungkin mengatasi masalah dan kendala kritikal yang sampai sejauh ini belum
mampu diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan perhatian yang lebih
serius. Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi
pertanian (agribisnis) selama ini belum disertai dengan meningkatnya pendapatan
dan kesejahteraan petani secara signifikan. Petani sebagai unit agribisnis
terkecil belum mampu meraih nilai tambah yang rasional sesuai skala usaha tani
terpadu (integrated farming system) (Anonim, 2011).
Objek agribisnis
dapat berupa tumbuhan, hewan atau organisme lainnya. Kegiatan budidaya termasuk
dalam bagian hulu agribisnis. Apabila produk budidaya (hasil panen)
dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsisten
dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat
berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Agribisnis tidak hanya mencakup pada industri makanan saja. Seiring
perkembangan teknologi bahan dan penyediaan energi (Anonim, 2011).
B.
Konsep Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan teknik pertanian
yang tidak menggunakan bahan kimia (non sintetik), tetapi memakai
bahan‑bahan organik. Secara sederhana, pertanian organik
didefinisikan sebagai sistern pertanian yang mendorong kesehatan tanah dan
tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur ulangan unsur hara dan bahan‑bahan
organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan
penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Sedangkan pengertian organik menurut
FAOI adalah suatu sistem manajemen yang holistik yang mempromosikan dan
meningkatkan pendekatan sistem pertanian berwawasan kesehatan lingkungan,
termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah (Yusmaini,
2009).
C.
Permodalan
Sebelum melakukan
kegiatan agribisnis perlu dilakukan analisis modal/ pembagian, yaitu beberapa
besar biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan tanah (biaya membeli atau
sewa lahan), membiayai produksi (seperti bibit, tenaga kerja, pupuk, dan pasca
panen). Dari analisis ini dapat diketahui besarnya modal yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan bisnis dan besarnya kekurangan modal yang tidak bisa
dipenuhi dari kas pribadi atau perusahaan (Rahmawati, 1994).
D.
Strategi
Penetapan Harga
Ada tiga faktor utama yang menyebabkan struktur
agribisnis menjadi tersekat-sekat dan kurang memiliki daya saing yaitu : (1)
tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis antara setiap kegiatan pelaku
agribisnis, (2) terbentuknya margin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan,
dan pemasaran hasil yang harus dibayar konsumen menjadi lebih mahal, sehingga
system agribisnis berjalan tidak efisien, (3) tidak adanya kesetaraan posisi
tawar antara petani
dengan pelaku agribisnis yang lainnya, sehingga petani sulit mendapatkan harga
pasar yang wajar (Nurasa & Darwis, 2007).
Strategi
penetapan harga menjadikan tantangan yang semakin meningkat untuk banyak
perusahaan, karena deregulasi, informasi dari pembeli, persaingan global yang
ketat, pertumbuhan pasar yang lambat dan peluang perusahaan untuk meningkatkan
posisi pasarnya. Harga berdampak pada kinerja keuangan dan berpengaruh penting
pada nilai penempatan posisi merek di benak pelanggan. Harga juga memungkinkan
menjadi sebuah perwakilan dari ukuran kualitas produk manakala pelanggan sulit
mengevaluasi produk yang kompleks. Di dalam proses penetapan harga jual
suatu produk, perusahaan hendaknya mengikuti prosedur yang terdiri dari enam
langkah pokok, yaitu memilih sasaran harga, menentukan permintaan,
memperkirakan biaya, menganalisis pesaing, memilih metode harga dan memilih
harga akhir (Soekartawi, 2003).
E.
Menentukan
Pangsa Pasar
Usaha untuk memperkirakan luas
seluruh pasar perlu dilakukan sebelum menentukan pangsa pasar perusahaan.
Kesulitan yang sering dihadapi dalam melaksanakan usaha ini adalah misalnya
untuk memperkirakan luas seluruh pasar bagi produk/jasa baru yang belum pernah
ada di pasar. Hal ini
disebabkan oleh ketergantungan analis pada data yang sudah ada padahal untuk
produk baru data historis belum ada. Untuk mengatasi hal tersebut, analis perlu
menggunakan data yang berhubungan dengan produk yang bersangkutan kemudian
memperkirakan tingkat kemungkinannya. Misalnya permintaan bahan makanan, bahan
bangunan atau barang-barang secara umum. Usaha lain adalah menggabungkan data
sekunder dan data primer. Hal yang perlu diperhatikan di dalam menentukan
pangsa pasar adalah kondisi persaingan, harga yang terjadi dan pola pertumbuhan
pasar selama ini (Anonim, 2011).
F.
Manajemen
Sumberdaya Manusia
Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan
suatu proses yang berhubungan dengan implementasi indikator fungsi-fungsi
pengelolaan atau manajemen yang berperan penting dan efektif dalam menunjang
tercapainya tujuan individu, lembaga, maupun organisasi atau perusahaan. Bagi
suatu organisasi, pengelolaan sumber daya manusia menyangkut keseluruhan urusan
organisasi dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu seluruh komponen atau
unsur yang ada difokuskan pada perencanaan yang menyangkut penyusunan staff
dari rekruitmen dan seleksi, penetapan program latihan jabatan dan lain
sebagainya (Nuryanta, 2003).
SDM
sebagai salah satu unsur penunjang organisasi, dapat diartikan sebagai manusia
yang bekerja di lingkngan suatu organisasi atau potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya, atau potensi yang
merupakan asset dan berfungsi sebagai modal non-material dalam organisasi
bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik
dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi, 2000).
Manajemen
SDM merupakan sarana dalam mengelola sumber daya manusia. Semua sumber daya
yang tersedia dalam suatu organisasi, akan dipergunakan dalam skala kecil,
menengah, maupun besar. Proses ini dilakukan oleh pihak negeri, swasta, maupun
luar negeri dalam mengembangkan karir yang berkelanjutan dan memperoleh hasil
yang direncanakan (Anonim, 2008).
III METODOLOGI
A.
Metode Dasar
Metode dasar yang diterapkan dalam praktikum Manajemen
Agribisnis yang dilakukan di Kelompok Tani Margo Mulyo Dusun Petir, Piyungan,
Bantul, Yogyakarta adalah deskriptif analisis dengan maksud dengan
memperjelaskan dan memusatkan diri pada masalah yang ada pada masa sekarang
kemudian data dijelaskan dan dianalisis. Dengan metode ini diharapkan para
mahasiswa dapat memahami dan mengenali lebih lanjut mengenai kondisi
perusahaan. Sehingga mahasiswa tidak hanya mengetahui secara teori tetapi juga keadaan
nyatanya.
B.
Metode Penentuan Lokasi
Untuk penentuan lokasi dengan menggunakan metode purposive
sampling yaitu dengan cara pengambilan sample dengan sengaja karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan praktikum yaitu
mengenai manajemen agribisnis yang ada di Kelompok Tani Margo Mulyo
Penentukan lokasi kunjungan perlu mempertimbangkan
mengenai kesesuaian antara tempat yang akan dikunjungi dengan tujuan dari
praktikum. Selain itu kelompok tani
Margo Mulyo yang terletak di dusun Petir, Piyungan, Bantul, Yogjakarta tidak
terlalu jauh, sehingga efektif waktu dan biaya. Dari Kelompok Tani Margo Mulyo
yang terletak di Dusun Petir, Piyungan, Bantul, Yogyakarta juga didapat banyak
informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan manajemen agribisnis.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 26 Mei 2011.
C.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalampraktikum ini ada dua
macam yaitu:
1.
Data Primer
Data primer
adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan narasumber. Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara dengan
tanya jawab langsung dengan adanya komunikasi dua arah antara pewawancara
dengan narasumber. Data primer didapatkan dari sesi tanya jawab dengan anggota
dan penyuluh yang ada di Kelompok Tani Margo Mulyo mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan manajemen agribisnis. Metode ini sangat efektif dan efisien
karena informasi yang diperoleh langsung dari narasumber yang telah menguasai
dan ahli di bidangnya. Selain itu data yang didapat mengenai segala sesuatu
yang berhubugan dengan Manajemen agribisnis yang ada di kelompok tani tersebut
sangat akurat .
2.
Data Sekunder
Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari berbagai dokumen dari lembaga atau instansi yang ada hubungannya dengan penelitian yang
dilakukan. Data diperoleh dari buku, jurnal, dan internet yang ada kaitannya
dengan manajemen agribisnis. Teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh informasi mengenai definisi manajemen agribisnis
dan penerapannya. Metode ini dapat memudahkan penyusun untuk menyusun laporan
yang digunakan sebagai pembanding antara teori yang diberikan di bangku kuliah
dengan keadaan sebenarnya yang ada di Kelompok Tani Margo Mulyo.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam praktikum
manajemen agribisnis ini antara lain:
- Wawancara
Nasution, MA (1996) menerangkan bahwa metode
wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang
bertujuan memperoleh informasi. Metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab
yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
Dalam praktikum ini data primer
didapat dengan teknik wawancara. Penyusun melakukan pengumpulan data dengan
cara tanya jawab langsung dengan anggota dan penyuluh yang ada di Kelompok Tani
Margo Mulyo mengenai agribisnis yang ada. Diperoleh data mengenai segala
informasi yang menyangkut manajemen agribisnis
yang ada di Kelompok Ttani Margo Mulyo. Metode ini merupakan metode
pengumpulan data yang efektif dan efisien karena informasi yang diperoleh
langsung dari narasumber dan terjadi komunikasi dua arah sehingga penulis dapat
memahami mengenai manajemen agribisnis yang terdapat di Kelompok Tani Margo
Mulyo.
- Pencatatan
Metode pencatatan bertujuan untuk
menjaga keutuhan dan kevalidan data yang diperoleh dalam praktikum ini. Metode
ini merupakan bentuk pengumpulan data, bukti, dan keterangan-keterangan dari
berbagai media. Langkah yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan agar
tidak ada satupun gejala yang lepas dari pengamatan peneliti. Pencatatan
dilakukan secara sistematis, yaitu dengan memasukkan setiap gejala yang diamati
ke dalam kategori-kategori tertentu.
- Observasi
Menurut Irawan Soehartono (2008),
metode obsevasi diartikan sebagai pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan
menurut Moh. Pabundu Tika (1996) adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatansecara sistematik terhadap gejala atau
fenomena yang ada pada objek penelitian.
Mahasiswa yang telah dibagi menjadi
beberapa kelompok melakukan observasi atau penelitian dilapangan (lahan) untuk
mengetahui secara langsung bagaimana kondisi di kelompok tani tersebut.
Observasi merupakan teknik yang paling dasar karena dapat mengamati kondisi
yang sebenarnya. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data tanpa menggunakan
alat bantu apapun selain indera kita. Kelompok Tani Margo Mulyo terletak di
Dusun Petir, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Melalui observasi mahasiswa dapat
memperoleh data yang tidak diperoleh pada waktu wawancara.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan
1.
Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan
Kelompok Tani
Margo Mulyo yang terbentuk pada tahun 2006 terletak di Desa Petir, Piyungan,
Bantul Yogyakarta ini adalah kelompok tani yang berkecimpung dalam bidang
budidaya sayuran, khususnya sayuran organik. Kelompok Tani Margo Mulyo
mempunyai lahan kurang lebih 1 Ha dengan Luas baku 25 Ha. Berbagai varietas
yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Margo Mulyo. Produk-produk yang
dihasilkan adalah kacang panjang, timun, cabai, dan sawi. Yang paling
dominan adalah bayam cabut, sawi dan
kangkung.
Kelompok Tani
Margo Mulyo juga bekerja sama dengan Kelompok Tani Ternak Sidodadi yang
mengembangkan usaha ternak hewan seperti sapi. Kelompok Tani Margo Mulyo dan
Kelompok Tani Sidodadi juga bekerja sama dengan kelompok lain seperti, Kelompok
Tani Mitra Melon dan salak organik di Pakem. Kelompok Tani Margo Mulyo memilki
tenaga kerja wanita yakni 25 anggota aksisi (hampir 50% dari laki-laki).
Kelompok Tani Margo Mulyo saat ini memiliki minimal 51 kelompok tani yaitu
terdiri dari 1200 orang. Dan setiap kelompok tani terdiri dari minimal 20
orang. Waktu kerja para petani yaitu di mulai pukul 08.00-11.00 WIB dan pukul
13.00-13.30 WIB.
Kelompok Tani Margo
Mulyo ini telah memegang sebagian besar pasar untuk wilayah Yogyakarta pada
khususnya yaitu meliputi Prambanan, Piyungan, dan Sarkem (Pasar Kembangan). Tak
heran jika kami memilih Kelompok Tani Margo Mulyo ini untuk melakukan studi
banding.
2.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan Misi Kelompok Tani Margo Mulyo adalah:
a. Visi
Menjadikan Dusun Petir sebagai dusun Organik.
b.
Misi
Menanam berbagai sayuran Organik dan Semi
Organik
Membuat biogas sebagai pestisida
alami
3.
Produk dan Pengembangan Produk
a.
Persiapan saprodi
Kelompok Tani Margo Mulyo yang
mengusahakan sayuran organik lebih
menekankan pada peralatan yang manual seperti pengolahan tanahnya mereka
menggunakan cangkul dan dalam memusnahkan hama dan penyakit mereka tidak
menggunakan pestisida atau pupuk kimia, tetapi menggunakan bahan organik
seperti pupuk kandang dan pestisida alami. Hal ini ditunjukkan pada saat
sayuran terserang hama mereka menggunakan seprotan alami dan saat tumbuh rumput
liar di sekitar sayuran mereka mencabutnya secara manual tidak disemprot dengan
pembasmi rumput kimia tetapi dengan cairan alami.
b.
On Farm
(budidaya)
Kelompok Tani Margo Mulyo berusaha
dibidang sayuran organik. Budidaya sayuran ini di lakukan pada beberapa sawah
milik anggota kelompok tani ini. Hasil panen akan dikumpulkan ke ketua kelompok
kemudian datang para pembeli yang akan mendistribusikan ke pengecer.
c. Pasca
Panen (Pengolahan)
Hasil panen sayur
organik dr Kelompok Tani Margo Mulyo akan didistribusikan secara langsung oleh
kelompok tani petir sendiri dan juga akan diambil sendiri oleh para tengkulak
yang sudah berlangganan.
4.
Strategi Penetapan Harga
Kelompok Tani
Margo Mulyo tidak memiliki strategi khusus dalam menentukan harga. Mereka juga
tidak bisa menentukan sendiri harganya. Dalam hal ini mereka menentukan harga
hanya dengan bekerja sama/menjalin kesepakatan harga dengan konsumen. Prinsip
dasar dari kelompok ini dalam menentukan harga adalah kelompok tani harus
memproduksi sayur yang baik dulu baru nanti akan dapat penentuan/kesepakatan
harga yang baik pula.
5.
Persaingan dan Strategi Memenangkan Persaingan
Dalam
memasarkan sayuran organik Kelompok Tani Margo Mulyo tidak selalu mulus, tetapi
banyak persaingan yang dialami. Salah satu persaingannya adalah di jenis
usaha/produknya. Sekarang sudah banyak pengusaha-pengusaha yang berusaha di
bidang sayuran organik.
Dalam
menghadapi dan menanggulangi keadaan seperti ini pihak Kelompok Tani Margo
Mulyo memiliki strategi, yaitu dengan memilih jenis sayur yang dibudidayakan
yaitu seperti sawi, kacang panjang, dan mentimun. Selain dengan memilih jenis
yang berbeda, juga dengan mejaga kualitas dan kuantitas produk dan dengan
membuat produknya memiliki suatu kelebihan.
6.
Sumber Daya Manusia
Manajemen
berarti mengkombinasikan
secara efisien dari sumber daya yang tersedia (manusia,
uang, aset fisik) untuk
mencapai tujuan perusahaan (memaksimumkan laba perusahaan jangka panjang dengan
jalan memenuhi permintaan pasar). Sistem manajemen pada Kelompok Tani Margo
Mulyo yaitu:
a. Perekrutan.
Kelompok Tani Margo Mulyo merekrut tenaga kerja berasal dari
daerah sekitar. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah bagian pengolahan lahan
atau penggarap. Kelompok Tani Margo Mulyo menerapkan sistem tenaga kerja suami
istri karena hal itu bisa lebih efektif.
Proses perekrutannya
tidak seformal perusahaan, tetapi di kelompok tani ini hanya dengan menerima
siapa saja tetangga sekitar yang mau bekerja.
b.
Pemasaran
Dalam pemasarannya,
Kelompok Tani Margo Mulyo sudah memiliki langganan tetap. Langganan tetapnya
berada di pasar Piyungan, Prambanan, dan juga Sarkem. Para pedanggang
langganannya ada yang terbiasa mengambil sendiri ke lokasi dan kemudian
mendistribusikannya ke para pengecer. Selain itu juga dari pihak Kelompok Tani
Margo mulyo sendiri melakukan pendistribusian secara langsung kepada para
konsumen yang berada di pasar Prambanan, Piyungan, dan juga Sarkem.
7.
Kebijakan Pemerintah
Kelompok Tani Margo
Mulyo adalah salah satu kelompok tani yang dibimbing oleh pihak pemerintah
yaitu dari STPP (Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian). Dari hal itu Kelompok Tani
Margo Mulyo mendapat dampak positif, yaitu baru saja mendapat modal dari
pemerintah melalui STPP sebesar 100 juta rupiah. Selain mendapat modal,
kelompok Tani Margo Mulyo juga mendapat bimbingan langsung dari STPP yang
sangat efektif dalam memajukan Kelompok Tani Margo Mulyo.
8.
Kompensasi
(Gaji dan Upah)
Di kelompok tani ini para pekerja mendapat gaji yang sesuai. Gaji yang
diberikan kepada pekerja berbeda antara laki-laki dan perempuan, yang laki-laki
sebesar 30 ribu rupiah sedangkan yang perempuan sebesar 25 ribu rupiah. Selain
gaji mereka juga mendapatkan beberapa kompensasi. Kompensasi yang diberikan
tidak seperti perusahaan tetapi berupa uang makan dll. Selain berupa uang makan
kadang-kadang juga berupa sayur hasil panen.
9.
Permodalan
Modal adalah sesuatu yang dimiliki
seseorang sebagai kekayaan dasar untuk mengembangkan dan memperbanyak kekayaan
yang dimiliki sebelumnya. Dalam kegiatan agribisnis, dilakukan analisis modal/pembiayaan,
yaitu seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan, seperti biaya pengadaan
tanah, biaya investasi dan biaya produksi. Modal awal dalam berusaha Kelompok Tani Margo Mulyo ini adalah dari
kredit lunak pemerintah melalui STPP sejumlah 100 juta rupiah.
10. Penentuan
Pangsa Pasar
Dalam menentukan mangsa pasar mereka hanya
berpedoman pada kebiasaan dan kebutuhan yang ada.
11. Cara
Pendistribusian
Cara pendistribusian yang dilakukan adalah
dengan pendistribusian secara langsung oleh pihak Kelompok Tani Margo Mulyo
sendiri dan juga dengan diambil secara langsung oleh para pedanggang pengepul
kemudian akan didistribusikan ke pedanggang-pedanggang ecerang yang ada di
daerah-daerah.
B.
Kendala- kendala
Kendala- kendala di Kelompok Tani Margo Mulyo meliputi
beberapa hal, seperti :
1.
Sifat barang produksi yang tidak tahan lama.
2.
Sifat barang produksi yang tidak dapat sembarang waktu
ditanam melaikan ada beberapa jenis sayur yang hanya bisa ditamnam pada saat musim
tertentu.
3.
Harga yang fluktuatif di setiap saat panen.
C. Solusi
Adapun solusi dalam menghadapi
kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Dilakukan pendistribusian secara cepat.
2.
Harus memproduksi sesuai kebutuhan pasar.
3.
Harus menyesuaikan dan harus pintar-pintar menyiasati
harga yang fluktuatif
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1.
Kelompok Tani Margo Mulyo berdiri tahun 2006 di Desa Petir,
Piyungan, Bantul Yogyakarta. Produk yang dihasilkan adalah sayuran organik,
sayuran semi organik, dan bio gas dari kotoran ternak sapi.
2.
Kelompok Tani Margo Mulyo memiliki visi yaitu menjadikan
Dusun Petir sebagai dusun organik, sedangkan misinya adalah menanam berbagai
sayuran organik dan semi organik dan juga membuat bio gas sebagai pestisida
alami.
3.
Kelompok Tani Margo Mulyo menggarap tanah dengan manual
yaitu dengan mencangkul dan juga menggunakan pupuk dan pestisida alami dalam
mengembangkan produk.
4.
Kelompok Tani Margo Mulyo tidak memiliki strategi
khusus dalam menentukan harga, tetapi dengan mengadakan kerjasama dan
kesepakatan harga dengan para konsumen.
5.
Ada persaian dalam usaha ini dan Kelompok Tani Margo
Mulyo hanya menentukan komoditas apa yang sedang dibutuhkan dan meningkatkan
kualitasnya untuk menanggulangi persaingan.
6.
Kelompok Tani Margo Mulyo memiliki pekerja laki-laki
dan perempuan. Pekerja laki-laki berjumlah ±50 orang sedangkan yang perempuan
±25 orang.
7.
Kelompok Tani Margo Mulyo memiliki langganan tetap yang
ada di pasar piyungan, prambanan, dan juga pasar provinsi, selain itu juga ada
para tengkulak yang akan mengambil sendiri ke Kelompok Tani Margo Mulyo.
8.
Kelompok Tani Margo Mulyo dibimbing oleh pemerintah
yaitu melalui STPP (Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian). Dampak positifnya yaitu
mendapat modal dari pemerintah melalui STPP sebesar 100 juta rupiah.
9.
Kelompok Tani Margo Mulyo memberi gaji kepada pekerja laki-laki
sebesar 30 ribu rupiah sedangkan yang perempuan sebesar 25 ribu rupiah.
10. Kelompok
Tani Margo Mulyo modalnya dari kredit lunak pemerintah melalui STPP sejumlah
100 juta rupiah.
11. Kelompok
Tani Margo Mulyo mendistribusikan secara langsung kepada para pedagang dan juga
diambil sendiri oleh para tengkulak.
B. Saran
Berikut ini adalah saran
dari praktikum Manajemen Agribisnis:
1.
Sebaiknya
menggadakan sistem insentif bagi pekerja yang berprestasi dan pelatihan serta
pengembangan manajemen pemasaran untuk meningkatkan laba kelompok tani.
2.
Sebaiknya proses usaha di Kelompok Tani Margo Mulyo
dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih modern seperti mengolah tanah
dengan traktor, hal ini atas dasar pertimbangan kemajuan teknologi.
3.
Harus lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas agar
tidak tersaingi oleh pengusaha lain yang berusaha di bidang yang sama.
4.
Sebaiknya jaringan kemitraan dapat diperluas lagi,
jangan hanya di kota Yogyakarta.
5. Kemampuan kelompok yang mampu membuat benih sendiri bisa dijadikan
peluang usaha dengan cara menjual benih tersebut agar pemasukan bertambah.