A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kedalaman dan media
tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam.
Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda
habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Pentebabnya pada setiap
daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media
tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup
udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Kedalaman sangat berpengaruh dalam faktor pertumbuhan tanaman. Kedalaman tanam tergantung juga pada tipe perkecambangan dan kandungan air
serta oksigen pada media tanam.
Untuk
mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai kebutuhan tanaman yang
akan ditanam agar dapat tumbuh dengan
baik, seseorang harus memahami karakteristik dari media tanam yang jenisnya
berbeda-beda. Berdasarkan jenis bahannya, media tanam dibedakan menjadi dua yaitu bahan organik dan anorganik.
Media tanam
bahan organik berasal dari organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman
seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan
anorganik karena bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur
hara bagi tanaman dan bebas dari
kandungan bahan kimia. Selain
itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang
sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap
air yang tinggi.
Kedalaman tanam
tergantung pada tipe perkecambahan dan kandungan air
serta oksigen pada media tanam. Umumnya benih dengan cotyledoneae yang muncul
ke atas permukaan tanah, biasanya memerlukan penanaman dangkal daripada benih
yang cotyledoneae bijinya tertinggal dibawah permukaan tanah .
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum “Kedalaman dan Media Tanam” ini adalah untuk mengetahui pengaruh kedalaman media tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman.
- METODE
1.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Dasar Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media
Tanam “ ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS sejak
tanggal 04 Mei 2011 sampai 17 Juni 2011 dan penimbangan berat brangkasan kering tanggal 20 Juni 2010 di
Laboraturium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman.
2.
Alat dan
Bahan
a.
Alat
1)
Polybag
2)
Cetok
3)
Ember
4)
Penggaris dan Alat Tulis
5)
Silet / gunting
6)
Logbook
7)
Label
8)
Timbangan
9)
Oven
b.
Bahan
1)
Benih Jagung(Zea mays)
2)
Tanah
3)
Pupuk Kompos
4)
Air
3.
Cara Kerja
a. Menyiapkan semua alat dan bahan.
- Menyiapkan media tanam (tanah),
digemburkan lalu campur dengan
kompos sesuai perlakuan.
- Memasukkan campuran tanah dan kompos sesuai
perlakuan tadi ke polybag.
- Menambahkan air pada media tanam
secukupnya.
- Menanam benih jagung dengan membuat
2 lubang dan masing – masing lubang diisi 2 benih dengan kedalaman lubang
sesuai perlakuan.
- Merawat dan menyiram tanaman setiap
hari.
- Mengamati pertumbuhannya serta mengukurnya
setiap minggu.
- Panen tanaman kemudian menimbang berat segar dan berat kering tanaman
jagung.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Pengamatan
Dari data yang
kami peroleh memperlihatkan bahwa jagung dengan perlakuan A1B1 merupakan pertumbuhannya paling cepat dan
tertinggi sampai minggu ke 3, namun pertumbuhannya kian melambat sejak minggu ke 4. Sedangkan A1B2 sejak minggu ke 1 sampai 4 meningkat. Pada
minggu ke 5 dan 6 merupakan pertumbuhan tertinggi. Jagung A1B3 pada minggu ke 1
sampai ke 5 terus meningkat tapi pertumbuhannya adalah terendah dari semua
perlakuan dan pada minggu ke 6 menurun drastis karena satu tanaman mati. Jagung
A2B1 dari minggu ke 1 sampai ke 6 terus meningkat dan pada minggu ke 4 adalah
pertumbuhan tertinggi dari semua perlakuan. Perlakuan A2B2 pertumbuhannya
meningkat tetapi hanya sedikit-sedikit. Sedangkan A2B3 hampir sama dengan A2B2
tetapi pertumbuhannya lebih lambat sedikit.
Data berat brangkasan tanaman yang
kami dapat menunjukkan bahwa rata-rata berat brangkasan segar tertinggi terjadi
pada perlakuan A1B2 dan yang terendah pada perlakuan A2B1. Sedangkan berat
brangkasan kering tertinggi pada perlakuan A2B2 dan yang terendah pada
perlakuan A1B3.
2. Pembahasan
Pupuk organik yang berasal dari kotoran
hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap
seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok
untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan
mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna
tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
(Foth,2006)
Komposisi kandungan unsur hara pupuk
kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur
hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan,
serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam. Pupuk kandang yang
akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu
ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang
sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang
dapat merusak tanaman. (Subroto dan Yusrani, 2005)
Kesuburan tanah adalah kemampuan
tanah dalam menyediakan nutrisi atau hara, air, udara, dan kondisi klimatis
tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanah secara optimal.
Sehingga, tanaman tersebut mampu melakukan proses fisiologis, vegetatif, dan
generatif secara normal. Unsur hara atau nutrien adalah unsur, zat, atau
senyawa yang penting (esensial) bagi tanaman. Unsur tersebut harus terdapat dan
tersedia dalam tanah, terutama pada butir liat dan air tanah yang tersedia pada
pori mikro atau pori kapiler. Selain itu, udara tanah yang harus terdapat dan
tersedia pada pori mikro atau pori aerasi tanah (Sutomo,2005).
Tanah merupakan daerah peralihan
antara yang hidup dan yang mati, tempat tumbuhan menggabungkan energi surya dan
karbondioksida dari atmosfer dengan hara dan air dari tanah menjadi jaringan
hidup. Kebanyakan hara terdapat dalam mineral dan bahan organik dan dalam
keadaan demikian tidak larut serta tidak tersedia bagi tumbuhan. Hara menjadi
tersedia melalui pelapukan mineral dan penguraian bahan organik. Memang jarang
tanah yang mampu menyediakan semua unsur penting selama jangka waktu yang
panjang dalam jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang tinggi
(Sumiati, 2000).
Agar kecambah mempunyai vigor dan
kecepatan tumbuh yang baik dan seragam, maka media tanam yang digunakan harus
memenuhi beberapa persyaratan. Madia tanam harus bebas penyakit (steril), yang
tidak cepat lapuk, mempunyai sifat kimia dan fisika yang baik untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman semai, yaitu mengandung unsur hara mikro dan makro
esensial, memudahkan akar untuk menempel, media tanam harus berongga (porous)
untuk sirkulasi udara (Anonim, 2010).
Salah satu faktor yang memegang
peranan dalam percobaan rumah kaca adalah penggunaan tanah yang lebih
seragam. Hal tersebut penting agar data
yang digunakan dapat sama. Selain itu
juga agar variabel media tanamnya sama (Hidajat A, 2000).
Tanah adalah sistem hidup yang
mengolah setiap pupuk buatan yang diberikan dalam bentuk tersedia atau tidak
tersedia untuk tanaman. Pengatur utama
proses ini adalah bahan organik tanah yang bertindak sebagai penyangga biologi
yang mempertahankan penyediaan hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang untuk
tanaman. Penambahan bahan organik
merupakan salah satu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman untuk
meningkatkan atau mengoptimalkan manfaat pupuk.
Tanah yang miskin bahan organik akan berkurang daya penyangga dan
keefisienan pupuk karena sebagian hilang dari lingkungan perakaran (Kristina. D,1996).
Faktor media tanam
sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pangan yaitu nutrisi bagi tanaman.
Tanaman akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang diminta jika media
tanamnya sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Medium yang baik adalah medium
yang dapat merembeskan air yang berlebihan dengan mudah, dapat menahan air
untuk kebutuhan tanaman, subur, gembur, dan terdapat banyak unsur hara di
dalamnya. Media tanam sering sekali diabaikan dalam usaha pertanian, padahal
media tanam adalah pendukung utama terhadap hasil yang diperoleh (Sutomo,2005).
Pada praktikum
Dasar Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media Tanam” ini pertumbuhan jagung A1B1
dengan media tanam tanah saja dengan kedalaman 1cm pertumbuhannya paling cepat
dan tertinggi sampai minggu ke 3, namun melambat pada minggu ke 4 sampai 6. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena media tanah saja sudah
mengandung unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan namun pertumbuhan di
minggu ke 4
mulai melambat karena semakin lama
unsur hara yang ada dalam tanah akan berkurang dan juga tidak ada pupuk kompos sebagai
campurannya. Jagung A1B2 dengan media tanam tanah : kompos (4:1) dan dengan kedalaman
1cm pertumbuhannya meningkat dan pada minggu ke 5 sampai 6 adalah pertumbuhan
tertinggi. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena perbandingan kompos terlalu banyak dibanding
dengan tanah sehingga air tidak dapat tertahan lama. Jagung A1B3 dengan
perbandingan media tanam tanah : kompos (2:1) dengan kedalaman 1cm
pertumbuhannya meningkat tetapi lambat. Hal ini terjadi karena pupuk belum menyatu sempurna dengan tanah sehingga air tidak dapat
tertahan dengan baik.
Jagung A2B1 dengan
media tanam hanya tanah dan kedalaman 2cm pertumbuhannya meningkat dan pada
minggu ke 4 adalah pertumbuhan tertinggi. Hal ini terjadi karena unsur hara
yang ada dalam tanah lama kelamaan akan hilang dan juga tidak ada campuran
komposnya. Jagung A2B2 dengan perbandingan tanah : kompos (4:1) dan kedalaman
2cm pertumbuhannya meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh kedalamannya yang
terlalu dalam. Jagung A2B3 dengan perbandingan tanah : kompos (2:1) dengan
kedalaman 2cm pertumbuhannya meningkat tetapi lebih lambat dari A2B2. Hal ini
karena kompos dengan tanah belum tercampus sempurna dan kedalaman yang 2cm.
Berat segar
brangkasan didominasi oleh berat akar, jagung A1B2 dengan media tanam
perbandingan tanah : kompos (4:1) dan kedalaman 1cm memiliki berat tertinggi
karena akar dapat menjalar ke seluruh polybag sebab kandungan unsur hara yang tersedia
relatif sedikit maka pertumbuhan akar jagung cepat dan memiliki bulu-bulu akar
yang banyak. Sedangkan pada jagung
A2B1 dengan media hanya tanah dan kedalaman 1cm memiliki berat terendah, karena
media yang ada hanya tanah dan kandungan hara yang ada semakin lama makin
hilang itu menyebabkan pertumbuhan akar melambat. Sedangkan berat kering yang
tertinggi terdapat pada jagung A2B2 dan yang terendah pada jagung A1B3.
- KESIMPULAN DAN SARAN
1)
Kesimpulan
Dari praktikum Dasar Agronomi dengan
judul “Kedalaman dan Media Tanam” ini dan analisis hasil percobaan yang kami lakukan,
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a.
Media tanam merupakan salah
satu faktor penting dalam pertumbuhan dan hasil tanaman
b.
Hasil tanaman tergantung pada tipe perkecambahan dan kandungan air serta oksigen
pada media tanam
c.
Media tanam yang paling baik
dari praktikum ini adalah tanah dan
dengan kedalaman 1cm.
d.
Hasil berbeda dari setiap
kelompok dengan perlakuan yang sama terjadi karena pengaruh faktor lain,
misalnya intensitas penyiraman dan perawatan tanaman.
2)
Saran
a.
Pada saat mencampur media tanah
dengan pupuk kompos dengan perbandingan yang telah ditentukan sebaiknya seluruh tanah
telah bercampur sempurna dengan pupuk
kompos.
b.
Perawatan yang meliputi
penyiraman hendaknya dilakukan secara rutin setiap hari agar pertumbuhan tanaman bisa maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2010. http://www.kebonkembang.com/serba-serbi-rubrik-44/178-pupuk-kontroversi-seputar-pupuk-a-pemupukan-tanaman.html.
Diakses pada hari Rabu tanggal 22
Juni 2011 pada pukul 19.00 WIB.
Foth, Henry D. 2006. Fundamentals
of Soil Science, Sixth Edition. Erlangga. Jakarta
Hidajat, A. 2000. Pedoman Bertani di Rumah Kaca. Vol V. Erlangga. Jakarta.
Kristina. D. 1996. Budidaya Pertanian. Jurnal Tropika.
Sutomo, Hadi. 2005. Pedoman
Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press. Yogyakarta
Subroto, H. dan Awang Yusrani. 2005. Kesuburan dan
Pemanfaatan Tanah. Bayumedia Publishing. Malang.
Sumiati. 2000. Bahan Kuliah Pengantar
Agronomi. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar