Selasa, 05 Juni 2012

KEDALAMAN DAN MEDIA TANAM


A.      PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Kedalaman dan media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Pentebabnya pada setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Kedalaman sangat berpengaruh dalam faktor pertumbuhan tanaman. Kedalaman tanam tergantung juga pada tipe perkecambangan dan kandungan air serta oksigen pada media tanam.
Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai kebutuhan tanaman yang akan ditanam agar dapat tumbuh dengan baik, seseorang harus memahami karakteristik dari media tanam yang jenisnya berbeda-beda. Berdasarkan jenis bahannya, media tanam dibedakan menjadi dua yaitu bahan organik dan anorganik.
Media tanam bahan organik berasal dari organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik karena bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman dan bebas dari kandungan bahan kimia. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Kedalaman tanam tergantung pada tipe perkecambahan dan kandungan air serta oksigen pada media tanam. Umumnya benih dengan cotyledoneae yang muncul ke atas permukaan tanah, biasanya memerlukan penanaman dangkal daripada benih yang cotyledoneae bijinya tertinggal dibawah permukaan tanah .
2.    Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum “Kedalaman dan Media Tanam” ini adalah untuk mengetahui pengaruh kedalaman media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

  1. METODE
1.      Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Dasar Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media Tanam “ ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS sejak tanggal  04 Mei 2011 sampai  17 Juni 2011 dan penimbangan berat brangkasan kering tanggal 20 Juni 2010 di Laboraturium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman.
2.      Alat dan Bahan
a.       Alat
1)      Polybag
2)      Cetok
3)      Ember
4)      Penggaris dan Alat Tulis
5)      Silet / gunting
6)      Logbook
7)      Label
8)      Timbangan
9)      Oven
b.      Bahan
1)      Benih Jagung(Zea mays)
2)       Tanah
3)      Pupuk Kompos
4)      Air

3.      Cara Kerja
a.       Menyiapkan semua alat dan bahan.
    1. Menyiapkan media tanam (tanah), digemburkan lalu campur dengan kompos sesuai perlakuan.
    2. Memasukkan campuran tanah dan kompos sesuai perlakuan tadi ke polybag.
    3. Menambahkan air pada media tanam secukupnya.
    4. Menanam benih jagung dengan membuat 2 lubang dan masing – masing lubang diisi 2 benih dengan kedalaman lubang sesuai perlakuan.
    5. Merawat dan menyiram tanaman setiap hari.
    6. Mengamati pertumbuhannya serta mengukurnya setiap minggu.
    7. Panen tanaman kemudian menimbang berat segar dan berat kering tanaman jagung.

C.      HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Hasil Pengamatan
         Dari data yang kami peroleh memperlihatkan bahwa jagung dengan perlakuan A1B1 merupakan  pertumbuhannya paling cepat dan tertinggi sampai minggu ke 3, namun pertumbuhannya kian melambat sejak minggu ke 4. Sedangkan A1B2 sejak minggu ke 1 sampai 4 meningkat. Pada minggu ke 5 dan 6 merupakan pertumbuhan tertinggi. Jagung A1B3 pada minggu ke 1 sampai ke 5 terus meningkat tapi pertumbuhannya adalah terendah dari semua perlakuan dan pada minggu ke 6 menurun drastis karena satu tanaman mati. Jagung A2B1 dari minggu ke 1 sampai ke 6 terus meningkat dan pada minggu ke 4 adalah pertumbuhan tertinggi dari semua perlakuan. Perlakuan A2B2 pertumbuhannya meningkat tetapi hanya sedikit-sedikit. Sedangkan A2B3 hampir sama dengan A2B2 tetapi pertumbuhannya lebih lambat sedikit.
            Data berat brangkasan tanaman yang kami dapat menunjukkan bahwa rata-rata berat brangkasan segar tertinggi terjadi pada perlakuan A1B2 dan yang terendah pada perlakuan A2B1. Sedangkan berat brangkasan kering tertinggi pada perlakuan A2B2 dan yang terendah pada perlakuan A1B3.
2.      Pembahasan
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman. (Foth,2006)
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam. Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman. (Subroto dan Yusrani, 2005)
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi atau hara, air, udara, dan kondisi klimatis tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanah secara optimal. Sehingga, tanaman tersebut mampu melakukan proses fisiologis, vegetatif, dan generatif secara normal. Unsur hara atau nutrien adalah unsur, zat, atau senyawa yang penting (esensial) bagi tanaman. Unsur tersebut harus terdapat dan tersedia dalam tanah, terutama pada butir liat dan air tanah yang tersedia pada pori mikro atau pori kapiler. Selain itu, udara tanah yang harus terdapat dan tersedia pada pori mikro atau pori aerasi tanah (Sutomo,2005).
Tanah merupakan daerah peralihan antara yang hidup dan yang mati, tempat tumbuhan menggabungkan energi surya dan karbondioksida dari atmosfer dengan hara dan air dari tanah menjadi jaringan hidup. Kebanyakan hara terdapat dalam mineral dan bahan organik dan dalam keadaan demikian tidak larut serta tidak tersedia bagi tumbuhan. Hara menjadi tersedia melalui pelapukan mineral dan penguraian bahan organik. Memang jarang tanah yang mampu menyediakan semua unsur penting selama jangka waktu yang panjang dalam jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang tinggi (Sumiati, 2000).
Agar kecambah mempunyai vigor dan kecepatan tumbuh yang baik dan seragam, maka media tanam yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan. Madia tanam harus bebas penyakit (steril), yang tidak cepat lapuk, mempunyai sifat kimia dan fisika yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman semai, yaitu mengandung unsur hara mikro dan makro esensial, memudahkan akar untuk menempel, media tanam harus berongga (porous) untuk sirkulasi udara (Anonim, 2010).
Salah satu faktor yang memegang peranan dalam percobaan rumah kaca adalah penggunaan tanah yang lebih seragam.  Hal tersebut penting agar data yang digunakan dapat sama. Selain itu juga agar variabel media tanamnya sama (Hidajat A, 2000).
Tanah adalah sistem hidup yang mengolah setiap pupuk buatan yang diberikan dalam bentuk tersedia atau tidak tersedia untuk tanaman.  Pengatur utama proses ini adalah bahan organik tanah yang bertindak sebagai penyangga biologi yang mempertahankan penyediaan hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang untuk tanaman.  Penambahan bahan organik merupakan salah satu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman untuk meningkatkan atau mengoptimalkan manfaat pupuk.  Tanah yang miskin bahan organik akan berkurang daya penyangga dan keefisienan pupuk karena sebagian hilang dari lingkungan perakaran (Kristina. D,1996).
Faktor media tanam sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pangan yaitu nutrisi bagi tanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang diminta jika media tanamnya sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Medium yang baik adalah medium yang dapat merembeskan air yang berlebihan dengan mudah, dapat menahan air untuk kebutuhan tanaman, subur, gembur, dan terdapat banyak unsur hara di dalamnya. Media tanam sering sekali diabaikan dalam usaha pertanian, padahal media tanam adalah pendukung utama terhadap hasil yang diperoleh (Sutomo,2005).
Pada praktikum Dasar Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media Tanam” ini pertumbuhan jagung A1B1 dengan media tanam tanah saja dengan kedalaman 1cm pertumbuhannya paling cepat dan tertinggi sampai minggu ke 3, namun melambat pada minggu ke 4 sampai 6. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena media tanah saja sudah mengandung unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan namun pertumbuhan di minggu ke 4 mulai melambat karena semakin lama unsur hara yang ada dalam tanah akan berkurang dan juga tidak ada pupuk kompos sebagai campurannya. Jagung A1B2 dengan media tanam tanah : kompos (4:1) dan dengan kedalaman 1cm pertumbuhannya meningkat dan pada minggu ke 5 sampai 6 adalah pertumbuhan tertinggi. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena perbandingan kompos terlalu banyak dibanding dengan tanah sehingga air tidak dapat tertahan lama. Jagung A1B3 dengan perbandingan media tanam tanah : kompos (2:1) dengan kedalaman 1cm pertumbuhannya  meningkat tetapi lambat. Hal ini terjadi karena pupuk belum menyatu sempurna dengan tanah sehingga air tidak dapat tertahan dengan baik.
Jagung A2B1 dengan media tanam hanya tanah dan kedalaman 2cm pertumbuhannya meningkat dan pada minggu ke 4 adalah pertumbuhan tertinggi. Hal ini terjadi karena unsur hara yang ada dalam tanah lama kelamaan akan hilang dan juga tidak ada campuran komposnya. Jagung A2B2 dengan perbandingan tanah : kompos (4:1) dan kedalaman 2cm pertumbuhannya meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh kedalamannya yang terlalu dalam. Jagung A2B3 dengan perbandingan tanah : kompos (2:1) dengan kedalaman 2cm pertumbuhannya meningkat tetapi lebih lambat dari A2B2. Hal ini karena kompos dengan tanah belum tercampus sempurna dan kedalaman yang 2cm.
Berat segar brangkasan didominasi oleh berat akar, jagung A1B2 dengan media tanam perbandingan tanah : kompos (4:1) dan kedalaman 1cm memiliki berat tertinggi karena akar dapat menjalar ke seluruh polybag  sebab kandungan unsur hara yang tersedia relatif sedikit maka pertumbuhan akar jagung cepat dan memiliki bulu-bulu akar yang banyak. Sedangkan pada jagung A2B1 dengan media hanya tanah dan kedalaman 1cm memiliki berat terendah, karena media yang ada hanya tanah dan kandungan hara yang ada semakin lama makin hilang itu menyebabkan pertumbuhan akar melambat. Sedangkan berat kering yang tertinggi terdapat pada jagung A2B2 dan yang terendah pada jagung A1B3.

  1. KESIMPULAN DAN SARAN
1)      Kesimpulan
Dari praktikum Dasar Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media Tanam” ini dan analisis hasil percobaan yang kami lakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a.       Media tanam merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan hasil tanaman
b.      Hasil tanaman tergantung pada tipe perkecambahan dan kandungan air serta oksigen pada media tanam
c.       Media tanam yang paling baik dari praktikum ini adalah tanah dan dengan kedalaman 1cm.
d.      Hasil berbeda dari setiap kelompok dengan perlakuan yang sama terjadi karena pengaruh faktor lain, misalnya intensitas penyiraman dan perawatan tanaman.
2)      Saran
a.       Pada saat mencampur media tanah dengan pupuk kompos dengan perbandingan yang telah ditentukan sebaiknya seluruh tanah telah bercampur sempurna dengan pupuk kompos.
b.      Perawatan yang meliputi penyiraman hendaknya dilakukan secara rutin setiap hari agar pertumbuhan tanaman bisa maksimal.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim,2010. http://www.kebonkembang.com/serba-serbi-rubrik-44/178-pupuk-kontroversi-seputar-pupuk-a-pemupukan-tanaman.html. Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2011 pada pukul 19.00 WIB.
Anonim, 2009. www.3orchid.com.  Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2011 pada pukul 19.00 WIB.
Foth, Henry D. 2006. Fundamentals of Soil Science, Sixth Edition. Erlangga. Jakarta
Hidajat, A. 2000. Pedoman Bertani di Rumah Kaca. Vol V. Erlangga. Jakarta.
Kristina. D. 1996. Budidaya Pertanian. Jurnal Tropika.
Sutomo, Hadi. 2005. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press. Yogyakarta
Subroto, H. dan Awang Yusrani. 2005. Kesuburan dan Pemanfaatan Tanah. Bayumedia Publishing. Malang.
Sumiati. 2000. Bahan Kuliah Pengantar Agronomi. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Bogor.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar