Kamis, 31 Mei 2012

SPEKTROFOTOKOPI UNTUK PENENTUAN KADAR PROTEIN


A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Protein merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan manusia. Protein memiliki fungsi yaitu untuk membangun sel tubuh baru dan mengganti sel lama yang telah rusak. Pengukuran kadar peotein suatu bahan sangat diperlukan karena kandungan protein yang dimiliki setiap bahan makanan berbeda-beda,
Pengukuran kadar protein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV – VIS. Pada dasarnya analisis kuantitatif/kualitatif dengan spektrofotometer berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromaknetik dengan elektro bahar. Karena memiliki fungsi sebagai gelombang sekaligus sebagai materi, radiasi elektromagnetik menjadi bermanfaat. Sebagai gelombang radiasi elektromagnetik mempunyai panjang gelombang tertentu yang membuatnya dapat member warna yang terlihat. Sebagai materi, gelombang elektromagnetik mempunyai energy yang dapat berinteraksi dengan partikel bahan.
Jika cahaya (radiasi elektromaknetik mengenai suatu bahan maka sebagian energinya akan diserap oleh molekul bahan sehingga elektro-elektronya menjadi teroksitasi ketingkat yang lebih tinggi. Besar perbedaan tingkat energy ground state dengan tingkat energy tereksitasi untuk setiap molekul tidak sama. Maka dari itu, panjang gelombang optimum yang dimiliki bahan yaitu panjang gelombang dimana energy yang dimiliki gelombang itu besarnya sama dengan yang dibutukan untuk mengeksitesi electron-elektron bahan. Jumlah energy yang diserap sebanding dengan jumlah materi bahan, sehingga spektrofotokopi dapat digunakan untuk uji yang bersifat kuantitatif.
2.      Tujuan Praktikum
Praktikum acara VII ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dengan bantuan spektrofotometer.
3.      Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara IV ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 01 Desember 2010 pada pukul 09.15 – 11.00 WIB di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B.     Tinjauan Puataka
Protein merupakan makromolekul  polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptide dan mempunyai bobot molekul 5000 sampai berjuta-juta. Satu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino tertentu dengan susunan tertentu pula dan bersifat turunan (Aisyah, 1998).
Protein pada setiap bahan kadarnya berbeda-beda. Pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan karena erat kaitannya dengan tingkat konsumsi manusia. Pengukuran kadar protein dengan menggunakan metode Lowry adalah dasar dari penggunaan spektrofotometer. Metode ini dapat mengukur kadar protein sampai dengan 5 mikrogam. Warna biru yang terjadi oleh pereaksi Ciocalteau disebabkan reaksi antara protein dan Cu dalam larutan alkalis dan terjasi reaksi garam fosfomoliddat oleh tirosin dan triptopan (Ahmad, 1997).
Konsentrasi protein diukur berdasarkan atas optical dencity pada panjang gelombang tertentu untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan. Protein dengan garam fosfotungstat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada konentrasi protein terteta (Arthur, 1996).
Kurva standart merupakan kurva alibrasi dari sederet larutan standart larutan-larutan itu. Larutan itu sebaiknya mempunyai komposisi cuplikan. Hasil tidak pernah didasarkan pada literature absortivitas molar. (Polling, 1996).
Analisa Kjeldahl dapat dipakai untuk menganalisis kadar protein dalam bahan makanan secara tidak langdung. Analisa ini dipakai untuk mengetahui kadar protein dengan menggunakan asam sulfat pekat dengan katalis selenium oksiklorida. Cara ini merupakan cara yang sederhana dan mudah dilakukan (Basari, 1997).

C.    Alat, Bahan dan Cara Kerja
1.      Alat
a.       Tabung Reaksi
b.      Rak Tabung reaksi
c.       Pipet
d.      Gelas Ukur
e.       Pengaduk
f.       Spektrofotometer
g.      Stopwatch
2.      Bahan
a.       Larutan standart BSA
b.      Susu
c.       Kedelai
d.      Reagen D
e.       Reagen E
f.       Akuades
3.      Cara Kerja
a.       Memasukkan 1 ml sampel (larutan BSA) dan 2 ml sampel kedelai ke dalam tabung reaksi yang berbeda sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan, tambahkan 1 ml reagen D dan gojog pada suhu ruangan dan diamkan selama 15 menit.
b.      Menambahkan reagen E dan gojog segera, dan biarkan selama 45 menit. Ukur absorbansinya pada 540 nm.
D.    Hasil dan Analisis Pengamatan
1.    Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengukuran absorbansi larutan BSA
x
y
0
x = konsentrasi BSA
y = absorbansi
0,000
0,2
0,105
0,4
0,199
0,6
0,204
0,8
0,288
1
0,365
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2 Pengukuran absorbansi sampel
Sampel
Absorbansi
Volume (ml)
Susu
0,131
5
Kedelai
0,161
5
Sumber : Laporan Sementara
2.    Analisis Hasil Pengamatan
a.       Pengukuran Absorbansi Larutan BSA
Keterangan :
X = konsentrasi BSA
Y = absorbansi
Diketahui :
y = a + bx
a = 0,023
b = 0,339
r = 0,982
Persamaan Garis Regresi
                   Misal y = 0

Missal x = 0
Jadi persamaan garis regresinya adalah (-0,068;0) dan (0;0,023)
b.      Analisis Absorbansi Sampel
a)      Sampel Susu
Mencari koordinat sampel susu
            Absorbansi = y
Mencari Kadar Protein Susu
Kadar Protein Susu     =
     =
     =
     =
     = 63%
b)      Sampel Kedelai
Mencari koordinat sampel kedelai
Mencari kadar protein kedelai
Kadar Protein Kedelai            =
=
=
=
= 69%
E.     Pembahasan dan Kesimpulan
1.      Pembahasan
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mrngukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Berfungsi untuk menentukan kadar protein pada suatu bahan atau sampel. Prinsip kerjannya yaitu reaksi antar radiasi elektromagnetik dengan partikel bahan.
Setelah sampel ditambah dengan reagen D lalu digojog dan didiamkan 15 menit dan ditambah dengan reagen E dan didiamkan lagi selama 45 menit, sampel akan mengalami perubahan warna menjadi biru. Hal tersebut disebabkan oleh reaksi antara protein dengan Cu2+ dalam larutan alkalis dan terjadi reduksi garam fosfotungstat fosfomolibdat oleh tirosin dan triptopan yang ada dalam protein.
Jika kita ingin mengetahui nilai absorbandi dari larutan BSA, maka larutan BSA tersebut dimasukkan dalam wadah yang bisa dilalui oleh gelombang elektromegnetik dalam spektrofotometer. Biasanya panjang gelombang yang digunakan adalah 540 nm.
Pada praktikum kali ini absorbansi susu sebesar 0,131 Å dan absorbansi kedele sebesar 0,161 Å pada volume yang sama yaitu 5 ml. Kadar protein susu lebih tinggi daripada kedele. Hal itu disebabkan karena susu sudah mengalami proses pencampuran dengan zat lain sedangkan kedelai masih murni dari alam.
Untuk menghitung protein dari sampel setiap 1 gr bahan dicari dengan rumus = (1/120) . 0,2 . 1000 sedang kadar protein dalam 1 gr bahan dihitung dengan rumus = (x . 200 . 5/100) . 100% dan diperoleh kadar protein sampel susu sebesar 63% dan kadar protein kedelai sebesa 69%.
2.      Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan:
a.       Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi nilai absorbansi BSA
b.      Pada volume yang sama, nilai absorbansi kedelai lebih besar daripada susu. Yaitu kedelai = 0,161 Å, sedangkan susu = 0,131 Å.
c.       Kadar protein susu lebih tinggi daripada kedelai, yaitu susu = 63% sedangkan kedele = 69%.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 1997, Kimia Dasar, Prinsip, dan Terapan Modern. Jakarta. Erlangga.
Aisyah, 1998. Kimia Untuk Universitas. Gramedia. Jakarta
Arthur, 1996. Kimia Anorganik. Erlangga. Jakarta.
Basari, 1997.  Kimia Dasar. PT. Gunung Muria. Kudus.
Polling, 1996. Panduan Prantikum. CV. Manggala Offset. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar