A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Protein
merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan manusia. Protein memiliki fungsi
yaitu untuk membangun sel tubuh baru dan mengganti sel lama yang telah rusak.
Pengukuran kadar peotein suatu bahan sangat diperlukan karena kandungan protein
yang dimiliki setiap bahan makanan berbeda-beda,
Pengukuran
kadar protein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV – VIS. Pada
dasarnya analisis kuantitatif/kualitatif dengan spektrofotometer berprinsip
kerja reaksi antara radiasi elektromaknetik dengan elektro bahar. Karena
memiliki fungsi sebagai gelombang sekaligus sebagai materi, radiasi
elektromagnetik menjadi bermanfaat. Sebagai gelombang radiasi elektromagnetik
mempunyai panjang gelombang tertentu yang membuatnya dapat member warna yang
terlihat. Sebagai materi, gelombang elektromagnetik mempunyai energy yang dapat
berinteraksi dengan partikel bahan.
Jika
cahaya (radiasi elektromaknetik mengenai suatu bahan maka sebagian energinya
akan diserap oleh molekul bahan sehingga elektro-elektronya menjadi teroksitasi
ketingkat yang lebih tinggi. Besar perbedaan tingkat energy ground state dengan
tingkat energy tereksitasi untuk setiap molekul tidak sama. Maka dari itu,
panjang gelombang optimum yang dimiliki bahan yaitu panjang gelombang dimana
energy yang dimiliki gelombang itu besarnya sama dengan yang dibutukan untuk
mengeksitesi electron-elektron bahan. Jumlah energy yang diserap sebanding
dengan jumlah materi bahan, sehingga spektrofotokopi dapat digunakan untuk uji
yang bersifat kuantitatif.
2.
Tujuan Praktikum
Praktikum
acara VII ini bertujuan untuk menentukan
kadar protein dengan bantuan spektrofotometer.
3.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara IV ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 01 Desember 2010 pada
pukul 09.15 – 11.00 WIB di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
B. Tinjauan Puataka
Protein
merupakan makromolekul polipeptida yang
tersusun dari sejumlah asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptide dan
mempunyai bobot molekul 5000 sampai berjuta-juta. Satu molekul protein disusun
oleh sejumlah asam amino tertentu dengan susunan tertentu pula dan bersifat
turunan (Aisyah, 1998).
Protein
pada setiap bahan kadarnya berbeda-beda. Pengukuran kadar protein suatu bahan
sangat diperlukan karena erat kaitannya dengan tingkat konsumsi manusia.
Pengukuran kadar protein dengan menggunakan metode Lowry adalah dasar dari
penggunaan spektrofotometer. Metode ini dapat mengukur kadar protein sampai
dengan 5 mikrogam. Warna biru yang terjadi oleh pereaksi Ciocalteau disebabkan
reaksi antara protein dan Cu dalam larutan alkalis dan terjasi reaksi garam
fosfomoliddat oleh tirosin dan triptopan (Ahmad, 1997).
Konsentrasi
protein diukur berdasarkan atas optical dencity pada panjang gelombang tertentu
untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan. Protein dengan garam
fosfotungstat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang
intensitasnya tergantung pada konentrasi protein terteta (Arthur, 1996).
Kurva
standart merupakan kurva alibrasi dari sederet larutan standart larutan-larutan
itu. Larutan itu sebaiknya mempunyai komposisi cuplikan. Hasil tidak pernah
didasarkan pada literature absortivitas molar. (Polling, 1996).
Analisa
Kjeldahl dapat dipakai untuk menganalisis kadar protein dalam bahan makanan
secara tidak langdung. Analisa ini dipakai untuk mengetahui kadar protein
dengan menggunakan asam sulfat pekat dengan katalis selenium oksiklorida. Cara
ini merupakan cara yang sederhana dan mudah dilakukan (Basari, 1997).
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1.
Alat
a.
Tabung Reaksi
b.
Rak Tabung reaksi
c.
Pipet
d.
Gelas Ukur
e.
Pengaduk
f.
Spektrofotometer
g.
Stopwatch
2.
Bahan
a.
Larutan standart BSA
b.
Susu
c.
Kedelai
d.
Reagen D
e.
Reagen E
f.
Akuades
3.
Cara Kerja
a.
Memasukkan 1 ml sampel (larutan
BSA) dan 2 ml sampel kedelai ke dalam tabung reaksi yang berbeda sesuai dengan
konsentrasi yang ditentukan, tambahkan 1 ml reagen D dan gojog pada suhu
ruangan dan diamkan selama 15 menit.
b.
Menambahkan reagen E dan gojog
segera, dan biarkan selama 45 menit. Ukur absorbansinya pada 540 nm.
D. Hasil dan Analisis
Pengamatan
1.
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengukuran absorbansi
larutan BSA
x
|
y
|
|
0
|
|
|
0,2
|
0,105
|
|
0,4
|
0,199
|
|
0,6
|
0,204
|
|
0,8
|
0,288
|
|
1
|
0,365
|
Sumber : Laporan
Sementara
Tabel 1.2 Pengukuran absorbansi
sampel
Sampel
|
Absorbansi
|
Volume
(ml)
|
Susu
|
0,131
|
5
|
Kedelai
|
0,161
|
5
|
Sumber : Laporan
Sementara
2.
Analisis Hasil Pengamatan
a.
Pengukuran Absorbansi Larutan
BSA
Keterangan :
X
= konsentrasi BSA
Y
= absorbansi
Diketahui :
y = a + bx
a = 0,023
b = 0,339
r = 0,982
Persamaan Garis Regresi
Misal y = 0
Missal x = 0
Jadi persamaan garis regresinya adalah (-0,068;0) dan
(0;0,023)
b.
Analisis Absorbansi Sampel
a)
Sampel Susu
Mencari koordinat sampel
susu
Absorbansi = y
Mencari
Kadar Protein Susu
Kadar
Protein Susu =
=
=
=
= 63%
b) Sampel Kedelai
Mencari koordinat sampel kedelai
Mencari
kadar protein kedelai
Kadar
Protein Kedelai =
=
=
=
= 69%
E.
Pembahasan dan Kesimpulan
1. Pembahasan
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mrngukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu. Berfungsi untuk menentukan
kadar protein pada suatu bahan atau sampel. Prinsip kerjannya yaitu reaksi
antar radiasi elektromagnetik dengan partikel bahan.
Setelah sampel ditambah dengan reagen D lalu digojog dan didiamkan
15 menit dan ditambah dengan reagen E dan didiamkan lagi selama 45 menit,
sampel akan mengalami perubahan warna menjadi biru. Hal tersebut disebabkan
oleh reaksi antara protein dengan Cu2+ dalam larutan alkalis dan
terjadi reduksi garam fosfotungstat fosfomolibdat oleh tirosin dan triptopan yang
ada dalam protein.
Jika kita ingin mengetahui nilai absorbandi dari
larutan BSA, maka larutan BSA tersebut dimasukkan dalam wadah yang bisa dilalui
oleh gelombang elektromegnetik dalam spektrofotometer. Biasanya panjang
gelombang yang digunakan adalah 540 nm.
Pada praktikum kali ini absorbansi susu sebesar 0,131 Å dan
absorbansi kedele sebesar 0,161 Å pada volume yang sama yaitu 5 ml. Kadar protein
susu lebih tinggi daripada kedele.
Hal itu disebabkan karena susu sudah mengalami proses pencampuran dengan zat
lain sedangkan kedelai masih murni dari alam.
Untuk menghitung protein dari sampel setiap 1 gr bahan dicari dengan
rumus = (1/120) . 0,2 . 1000 sedang kadar protein dalam 1 gr bahan dihitung
dengan rumus = (x . 200 . 5/100) . 100% dan diperoleh kadar protein sampel susu
sebesar 63% dan kadar protein kedelai sebesa 69%.
2. Kesimpulan
Dari praktikum yang
telah dilaksanakan dapat disimpulkan:
a. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi nilai absorbansi BSA
b. Pada volume yang sama, nilai absorbansi kedelai lebih besar daripada
susu. Yaitu kedelai = 0,161 Å, sedangkan susu = 0,131 Å.
c.
Kadar protein susu lebih tinggi
daripada kedelai, yaitu susu = 63% sedangkan kedele = 69%.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 1997, Kimia Dasar, Prinsip, dan Terapan Modern. Jakarta. Erlangga.
Aisyah, 1998. Kimia Untuk Universitas. Gramedia. Jakarta
Arthur, 1996. Kimia Anorganik. Erlangga. Jakarta.
Basari, 1997. Kimia Dasar. PT. Gunung Muria. Kudus.
Polling, 1996. Panduan Prantikum. CV. Manggala Offset. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar